Belajar Fiqh

Resume Kajian: Wazhaif Ramadhan (Bagian 5)

Kitab Wazhaif Ramadhan karya Syaikh 'Abdurrahman bin Muhammad bin Qasim rahimahullah

بسم الله الرحمن الحيم

✒  Resume Kajian

🔊  :  Ustadz Nuruddin Abu Faynan Al Makky حفظه الله
📍    :  Kajian Online
📆  : Selasa, 20 Sya’ban 1441 H/14 April 2020
📕  : Kitab Wazhaif Ramadhan karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Muhammad bin Qasim rahimahullah
🔰  : Kitab Wazhaif Ramadhan bagian ke 5

TINGKATAN ORANG YANG SHAUM

Ada 2 tingkatan:

Tingkatan Pertama adalah Orang yang meninggalkan makan, minum, dan syahwatnya karena Allah subhanahu wa ta’ala dengan mengharapkan ridha dan pahala Allah di surga, ….”

Orang yang berada dii tingkatan ini maka sungguh dia telah berdagang, berbisnis, bermuamalah dengan Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang bermuamalah bersama Allah bahkan Allah memberikan keuntungan yang paling besar, yaitu pahala yang sangat besar berupa makan, minum, dan wanita di Surga. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

كلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِ‍‍مَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ

(kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (QS. Al-Haqqah : 24)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ

Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad)

Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

Sesungguhnya di surga ada suatu pintu yang disebut “Ar-Rayyan“. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Selain orang yang berpuasa tidak akan memasukinya. Nanti orang yang berpuasa akan diseru, “Mana orang yang berpuasa.” Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Dari setiap pintu dari pintu-pintu kebaikan ada pintu dari pintu-pintu Surga, dan sesungguhnya pintu puasa akan dipanggil di pintu Ar-Rayyan.” (HR. Thabrani)

Ibnu Abi Dunya berkata, “Allah akan memberikan makan kepada orang yang berpuasa itu buah-buahan dari Surga dan Allah akan memberikan kepada orang yang berpuasa itu minuman dari Surga.” (Syu’abul Iman, Kitab Shiyam)

Ibnu Abi Dunya berkata, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, “Orang-orang yang melaksanakan ibadah puasa itu akan tercium dari mulut mereka bau minyak kasturi, dan diletakkan bagi mereka hidangan dari berbagai macam makanan dan minuman di bawah ‘ArsyArsy, mereka makan, bersenang-senang, sedangkan manusia yang lain sedang dihisab.” (Kitab Al-Ju’)

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Allah memiliki hidangan yang disediakan Allah yang tidak bisa dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan terlintas oleh hati manusia, tentang nikmatnya hidangan yang disantap oleh orang yang berpuasa kelak nanti di Surga. Tidak duduk menyantap hidangan tersebut kecuali orang-orang yang berpuasa.”

Sebagian ulama salaf berkata, “Telah sampai kepada kami bahwasanya diletakkan bagi mereka orang-orang yang berpuasa berupa santapan atau hidangan yang Allah siapkan, mereka memakannya dan manusia berada dalam hisab, lalu orang yang sedang dihisab bertanya kepada Allah, “Wahai Rab kami, kami sedang dihisab sedangkan mereka makan-makan”, lalu Allah menjawab, “Sesungguhnya mereka itu selalu melaksanakan puasa sedangkan kamu berbuka, mereka berdiri shalat malam sedangkan kamu tidur”.”

Tingkatan kedua merupakan tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan tingkatan pertama yaitu orang yang shaum meninggalkan perkara-perkara haram selama-lamanya baik di bulan Ramadhan dan juga di semua waktu, melawan diri di setiap saat, dan selalu istiqamah dalam taat kepada Allah dan meninggalkan perkara yang Allah haramkan, jadi mereka berbuka ketika bertemu dengan Rab mereka, betul-betul berpuasa dari perkataan dan perbuatan yang diharamkan Allah.

Syaikh Ibnu Qasim rahimahullah berkata, “Tingkatan yang kedua dari orang-orang yang melaksanakan puasa itu orang yang berpuasa di dunia dan apa selain Allah, dia menjaga kepalanya dan apa yang di dalam kepalanya, dia menjaga perut dan apa yang ada di perutnya, dan selalu mengingat mati, menginginkan akhirat dan meninggalkan perhiasan dunia, … “

Mereka meninggalkan hal itu dalam rangka mengharapkan pahala Allah dan takut atas siksa Allah subhanahu wa ta’ala.

Syaikh Ibnu Qasim rahimahullah berkata, “Wahai orang-orang yang melaksanakan puasa, hendaklah engkau puasa pada hari ini dari apa yang diinginkan oleh syahwat (hawa nafsu), agar anda menemukan hari raya berbuka pada hari bertemu dengan Allah subhanahu wa ta’ala.”

Tingkatan kedua ini termasuk golongan berlomba-lomba dalam kebaikan dari tiga tingkatan Manusia dalam Al-Qur’an:

  1. Dzalim yaitu berbuat kemaksiatan dan tidak sempat bertaubat sebelum meninggal.
  2. Pertengahan yaitu melaksanakan kewajiban dan meninggalkan yang haram tetapi tidak giat melaksanakan ibadah sunnah.
  3. Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan yaitu mengumpulkan dua kebaikan berupa melaksanakan kewajiban dan meninggalkan yang haram dan giat melaksanakan ibadah sunnah dan bersegera melaksanakan ibadah sunnah dan berbagai macam amal shaleh.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

ثُ‍‍مَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّ‍‍نَفْسِهِ وَمِنْهُ‍‍مْ مُّ‍‍‍‍قْ‍‍تَصِدٌ وَّمِنْهُمْ سَابِقٌ بِ‍‍الْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (QS. Fathir : 32)

PERTANYAAN YANG DIAJUKAN KEPADA SYAIKH BIN BAZ RAHIMAHULLAH
T : Apakah pintu Rayyan merupakan pintu khusus bagi orang yang berpuasa wajib?
J : Iya, dan jika ada orang yang masuk Islam lalu tidak melaksanakan puasa artinya meninggal sebelum melaksanakan puasa maka tidak masuk dari pintu ini, akan tetapi masuk ke pintu yang lain, karena orang yang masuk Islam termasuk penghuni Surga. Adapun yang mendekatkan diri kepada Allah dengan kebaikan-kebaikan yang lain, maka akan dipanggil di pintu-pintu yang lain.

Semoga Allah memberikan kita kesempatan untuk bisa berjumpa dengan Ramadhan, semoga kita bisa terus berusaha untuk ikhlas dalam beribadah, mengharapkan ridha Allah dan waspada dari siksa Allah, bukan karena riya’ atau sum’ah (ingin didengar) dan berusaha menjauhi perkara yang Allah haramkan, juga selalu berusaha berlomba-lomba dalam kebaikan baik di bulan Ramadhan dan selainnya aamiin

🌸 Muslimah Ibnul Qayyim 🌸

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button